Selasa, 05 Agustus 2008

MENUTUP RAMBUT BAGI WANITA


MENUTUP RAMBUT BAGI WANITA
Dr. Yusuf Al-Qardhawi

PERTANYAAN

Ada sebagian orang mengatakan bahwa rambut wanita tidak
termasuk aurat dan boleh dibuka. Apakah hal ini benar dan
bagaimana dalilnya?

JAWAB

Telah menjadi suatu ijma' bagi kaum Muslimin di semua negara
dan di setiap masa pada semua golongan fuqaha, ulama,
ahli-ahli hadis dan ahli tasawuf, bahwa rambut wanita itu
termasuk perhiasan yang wajib ditutup, tidak boleh dibuka di
hadapan orang yang bukan muhrimnya.

Adapun sanad dan dalil dari ijma' tersebut ialah ayat
Al-Qur'an:

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah
mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kerudung ke dadanya, ..."
(Q.s. An-Nuur: 31).

Maka, berdasarkan ayat di atas, Allah swt. telah melarang
bagi wanita Mukminat untuk memperlihatkan perhiasannya.
Kecuali yang lahir (biasa tampak). Di antara para ulama,
baik dahulu maupun sekarang, tidak ada yang mengatakan bahwa
rambut wanita itu termasuk hal-hal yang lahir; bahkan
ulama-ulama yang berpandangan luas, hal itu digolongkan
perhiasan yang tidak tampak.

Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi mengatakan, "Allah swt. telah
melarang kepada kaum wanita, agar dia tidak menampakkan
perhiasannya (keindahannya), kecuali kepada orang-orang
tertentu; atau perhiasan yang biasa tampak."

Ibnu Mas'ud berkata, "Perhiasan yang lahir (biasa tampak)
ialah pakaian." Ditambahkan oleh Ibnu Jubair, "Wajah"
Ditambah pula oleh Sa'id Ibnu Jubair dan Al-Auzai, "Wajah,
kedua tangan dan pakaian."

Ibnu Abbas, Qatadah dan Al-Masuri Ibnu Makhramah berkata,
"Perhiasan (keindahan) yang lahir itu ialah celak, perhiasan
dan cincin termasuk dibolehkan (mubah)."

Ibnu Atiyah berkata, "Yang jelas bagi saya ialah yang sesuai
dengan arti ayat tersebut, bahwa wanita diperintahkan untuk
tidak menampakkan dirinya dalam keadaan berhias yang indah
dan supaya berusaha menutupi hal itu. Perkecualian pada
bagian-bagian yang kiranya berat untuk menutupinya, karena
darurat dan sukar, misalnya wajah dan tangan."

Berkata Al-Qurthubi, "Pandangan Ibnu Atiyah tersebut baik
sekali, karena biasanya wajah dan kedua tangan itu tampak di
waktu biasa dan ketika melakukan amal ibadat, misalnya
salat, ibadat haji dan sebagainya."

Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dari Aisyah r.a. bahwa ketika Asma' binti Abu
Bakar r.a. bertemu dengan Rasulullah saw, ketika itu Asma'
sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah saw.
memalingkan muka seraya bersabda:

"Wahai Asma'! Sesungguhnya, jika seorang wanita
sudah sampai masa haid, maka tidak layak lagi bagi
dirinya menampakkannya, kecuali ini ..." (beliau
mengisyaratkan pada muka dan tangannya).

Dengan demikian, sabda Rasulullah saw. itu menunjukkan bahwa
rambut wanita tidak termasuk perhiasan yang boleh
ditampakkan, kecuali wajah dan tangan.

Allah swt. telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin,
dalam ayat di atas, untuk menutup tempat-tempat yang
biasanya terbuka di bagian dada. Arti Al-Khimar itu ialah
"kain untuk menutup kepala," sebagaimana surban bagi
laki-laki, sebagaimana keterangan para ulama dan ahli
tafsir. Hal ini (hadis yang menganjurkan menutup kepala)
tidak terdapat pada hadis manapun.

Al-Qurthubi berkata, "Sebab turunnya ayat tersebut ialah
bahwa pada masa itu kaum wanita jika menutup kepala dengan
akhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke belakang,
sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka,
Allah swt. memerintahkan untuk menutup bagian mukanya, yaitu
dada dan lainnya."

Dalam riwayat Al-Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata,
"Mudah-mudahan wanita yang berhijrah itu dirahmati Allah."

Ketika turun ayat tersebut, mereka segera merobek pakaiannya
untuk menutupi apa yang terbuka.

Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah, kemenakannya, anak
dari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakai
kerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyah
r.a. lalu berkata, "Ini amat tipis, tidak dapat
menutupinya."

---------------------------------------------------
Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah
Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Cetakan Kedua, 1996
Penerbit Risalah Gusti
Jln. Ikan Mungging XIII/1
Telp./Fax. (031) 339440
Surabaya 60177

Sulitnya membuat singkatan (akronim) dalam Bahasa Indonesia

Bahasa menunjukan Bangsa, demikian kata pepatah atau peribahasa yang umum berlaku, ini akan dimengerti oleh orang yang pernah berkelana atau bepergian keluar daerah, wilayah ataupun keluar negara, jika terdengar kata "matur nuwun" misalnya, sudah dipastikan itu adalah bahasanya orang Jawa yang arti dalam Bahasa Indonesianya adalah terima kasih, jika terdengar kata "thank you" mislanya, dipastikan itu adalah bahasanya orang Inggeris.

Bahasa Indonesia adalah Bahasa Nasional, untuk Kesatuan dan Persatuan Republik Indonesia yang telah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 yang lalu, dan hingga kini masih tetap utuh sebagai Bahasa Nasional yang digunakan oleh lebih dari 200 juta orang dari Sabang hingga Meurauke.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada bahasa ini, kenyataan membuktikan bahwa Bahasa ini sangat rentan dipengaruhi oleh berbagai bahasa lain, dan juga sangat sulit untuk mengemukakan hal-hal yang dimensional tambahan lagi sangat sulit untuk membuat singkatan atau akronim untuk penamaan panjang yang memerlukan singkatan, kenapa?

Pertama : Mengapa mudah dipengaruhi oleh Bahasa lain.

Bahasa Indonesia yang pada dasarnya adalah bahasa melayu adalah suatu bahasa yang miskin akan istilah dan penamaan, baik penamaan benda atau istilah lainnya contoh sederhana untuk kata ayam, ayam jantan, ayam betina anak ayam, ayam muda, tetap saja menggunakan ayam ditambah dengan kata sifat lain dibelakangnya, berbeda dengan bahasa Inggris misalnya : ayam jantan adalah coock, ayam betina adalah hen, anak ayam adalah chick, atau dalam bahasa Jawa : Jago untuk ayam jantan, babon untuk ayam betina yang sudah bertelor, dere` untuk ayam betina yang belum bertelor, kutuk untuk sebutan anak ayam.

Kemudian untuk tata nama buah misalnya kelapa, dalam bahasa Indonesia mulai dari bunga kelapa, pentil kelapa, kelapa muda dan kelapa tua, semuanya menggunakan kata dasar kelapa ditambah dengan kata sifat yang melekat, berbeda dengan bahasa Jawa, manggar untuk bunga kelapa, mbuluk untuk pentil kelapa, cengkir untuk kelapa muda yang belum berdaging, degan untuk kelapa muda, klapa untuk kelapa dan kiring untuk kelapa yang sudah tua (berkulit coklat kering).

Kedua Bahasa Indonesia adalah Bahasa emosi jadi dalam bertutur atau berucap pemaknaan sering kali berbeda bila suaatu kalimat yang sama diberi tekanan ucapan yang berbeda, contoh bila kita bersama orang lain kemudian kita mengajak untuk pergi ke kebun binatang dengan ajakan : Ayo kita pergi ke kebun binatang!, ini akan berbeda bila kita mengucap : Ayo kita pergi ke kebun binatang! dengan tekanan yang lebih pada kata binatang, maka hasil ucapan itu akan berbeda, ini akan lain dengan bahasa Inggreis : Let's we go to the zoo, pada kata apapun tekanan kata itu terucap hasilnya akan tetap sama yaiatu ajakan untuk pergi ke kebun binatang.

Ketiga Bahasa Indonesia masih memiliki sistem awalan dan akhiran yang mana suatu kata dasar bila diberi awalan, akhiran atau keduanya maknanya bisa jadi berubah, contoh, kata "bakar", diberi awalan ke- menjadi kebakar, diberi awalan dan akhiran Ke - an menjadi kebakaran, dan ini akan menyulitkan bila akan diubat suatu akronim misalnya untuk suatu instansi yang mengurusi soal api, menjadi DPK (Dinas Pemadam Kebakaran), tapi juga sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan meski kata dasarnya jauh berbeda yakni padam dan bakar sedang yang lin adalah didik dan budaya, berbeda dengan bahasa Inggeris : Fire Brigade (FB) untuk Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) dan Institute of Culture and Education (ICE) untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Mari simak singkatan-singkatan dalam Bahasa Indonesia yang pada akhirnya akan dijumpai kata-kata yang lucu bahkan janggal :

AMD = ABRI masuk Desa, padahal ABRI sendiri adalah singkatan, jadi dalam akronim AMD terdapat singkatan dari singkatan
FKPPI = Forum Komunikasi Putra/Putri Purnawiraan TNI dan POLRI Indonesia, jangan dicari karakter mana menjadi singkatan apa karena ini adalah singkatan yang paling amburadul.
Pentilkecakot = Penjaga Tilpun Kecamatan Kota.
Pentilkecepit = Penjaga Tilpun Kecamatan Pingit
Mabes = Markar Besar bisa juga Mangga Besar
Lapter = Lapangan Terbang bisa juga Laporan Tertulis
dan masih banyak lagi singkatn yang lucu-lucu

Lebih sulit lagi bila akan menyingkat suatu tata nama yang panjang atau nama lembaga/institusi, ini bisa terlihat dari betapa rumitnya nama institusi dan departemen di negeri ini seperti Dephukham, Dephan, Deptan, Depkes, Depnakertrans, Deperind, dan banyak lagi singkatan yang kadang sulit baik untuk diingat maupun untuk diucapkan, dan secara psikologis bahasa tercermin kepada perilaku bangsa itu sendiri.